Thursday 28 January 2016

Dear, yang Ditimbang di Akhirat Bukan Berat Badan, tapi Amal Perbuatan

Since the very first time, nggak ada niatan buat share everything about diet, actually. But, recently I found some questions like, "Kok bisa kurus sih?" dan kawan-kawannya, semoga tulisan ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyan itu.

Firstly, I'd like to tell you that I've ever gained 60 kg. Bisa dibilang gendut karena waktu itu tinggi saya sekitar 159cm. Awalnya sih I don't care about it. Toh saya atlet Taekwondo kelas Under 56. So, I have to keep my weight above 56 kg. Nothing wrong kan? Dan terlebih saya punya keyakinan bahwa yang ditimbang kelak di yaumil hisab adalah amal perbuatan, bukan berat badan. Nah, ini!

Pada waktu itupun pola hidup saya bisa dikatakan cukup sehat. Setiap hari lari keliling lapangan atletik Fakultas Ilmu Keolahragaan tujuh kali (kayak tawaf ya?!), minum teh hijau sehari dua kali, makan gizi seimbang, but it doesn't do any big ddeal. Ya emang BB-nya stay segitu-segitu aja. Dan lebih parahnya lagi saya nggak merasa gendut. Karena saya ngrasa saya masih fit melakukan apa saja, jadi BB sama sekali bukan hambatan, coz dari kecil badan saya emang sudah gede. Lahirnya aja 3,5 kg.
Ketika ada yang bertanya, "Kok bisa kurus sih, apa rahasianya?" baru ketampar, 'Duh, berarti dulu gendut banget. Segendut apa sih?'

Rahasianya? Umm, sebenarnya tidak ada yang saya rahasiakan. Saya hanya melakukan apa yang saya inginkan saja, dan kurus itu mungkin side effect nya. Saya akan cerita pengalaman saya bagaimana saya bisa menirunkan berat badan saya sebanyak 14 kg tanpa obat-obatan dan anpa tersiksa dalam waktu 2,5 bulan saja, dan insyaallah nggak balik lagi, berpahala pula.

Dua tahun saya tinggal di sekolah berasrama. Bisa dibayangkan kan bagaimana aktifitasnya. Start by 6 am, end up at 10 pm. Waktu itu saya tinggal di asrama lantai 2,5 (jangan dibayangin kayak Harry Potter) dan pada saat itu tidak ada kamar mandi di lantai tersebut. Jadi bisa dibayangkan kira-kira berapa kali naik turun tangga seharinya kalau mau wudhu dan keperluan lainnya.

Alhamdulillah selama di sana, atmosfer untuk melakukan ibadah tu rasanya ringan banget, terutama kalau mau puasa, banyak temennya. Gak cuma pas puasa Ramadhan aja, Senin Kamis, Daud, Ayamul Bidh, dan segalanya. Saya sih ikut anak-anak lain nemenin puasa Daud. Sehari puasa sehari enggak. Niatnya ya puasa aja. Bukan karena diet biar kurus loh ya...

Next, I realized kalo saya gendut adalah ketika ada yang bilang kalo baju-baju yang saya pakai itu terlalu mepet dan ngepress banget di badan. Oh, baiklah, saya gendut, bukan bajunya yang kekecilan. Karena waktu itu baju-baju saya sudah berukuran L to XL.

Pada waktu yang tepat, my mom texted me. Isinya apa?

Ibu saya selalu update banget informasi apapun, dan selalu menginformasikan apa saja ke anak-anaknya kalau ada informasi update  dunia kesehatan, kriminalitas, semua deh. Pokoknya she knows more than Google does. Eh, peace Google! It's just an idiom.

Ibu ngabarin saya tentang OCD. You already know about it, huh? Yep! Obsessive Corbuzier Diet. Wat wait wait! Kebanyakan emang banyak yang bilang NO! Ih itu diet extreme banget! Eh, ada yang mati loh gara-gara itu. Duhduhduhduh... bentar bentar... In my neutral point of view, segala macam diet itu pasti ada advantage and risk nya juga deh. Dan semua itu akan aman jika dilakukan secara benar.

Saya juga nggak sepenuhnya banget jadi OCDvers. Saya hanya combine saja.

Yang saya lakukan adalah...

Pertama, saya tetap menjalankan puasa Daud. Yang saya ganti adalah menu makan sahur. Ketika sahur, saya hanya minum air putih. Segelas dua gelas saja, cukup. Sekitar pukul 4 pm, sebelum berbuka, saya membiasakan diri untuk olahraga. Apa nggak pingsan tuh? Nah justru pada saat inilah, setelah tubuh tidak mendapat asupan kalori selama puasa, Human Growth Hormone pada manusia berkembang hingga 2000% (pada laki-laki) dan 1500% (pada wanita). Ketika HGH ini berkembang, dan kita melakukan olahraga, maka, pembakaran kaloripun akan ikut meningkat. Nah saya gunakan momentum itu sebaik-baiknya.

Olahraganya apa? Kalo saya sih O7W. Apa itu? OCD 7 minutes Workout. Kalo cuma 7 menit, nggak ada alasan nggak punya waktu, kan?! Itu semacam senam yang durasinya cuma tujuh menit tapi udah lumayan bikin keringetan. Gerakannya macam apa? Gerakannya bisa di-download di Play Store, keyword-nya OCD. Setelah itu saya angkat barbel ringan-ringan aja, 3kg+3kg. Gerakannya bisa cari referensi di Google atau YouTube ya... Depend on otot bagian mana yang pengen dikencengin.

Pada saat berbuka, saya makan secukupnya, asal gizinya seimbang. Ada karbo, sayur, protein, kalo ada ya buah sama susu. Sewajarnya aja sih, nggak perlu balas dendam karena seharian puasa. Biasanya sih makan sedikit langsung kenyang. Setelah itu, saya hanya mentoleransi diri saya untuk berhenti makan pada pukul 10 pm. Bukan berarti selama 4 jam makan terus. Cuma, setelah pukul 10, sepengen apapun makan, gantilah dengan air putih.

Well, kalo hari ini puasa berarti besok nggak puasa kan?! Nah, I always skip my breakfast. Ada yang bilang nggak baik ya? Kalo saya sih, as long as it doesn't do any harm to my body, ya baik-baik saja. Nah, saya breakfast paling gasik pukul 10 am. Dan saya mentoleransi diri saya makan sampai pukul 6 pm. Setelah itu, gak boleh ada 1 kaloripun masuk. Kalo laper, ya air putih saja, sampai kenyang, cukup.

Diet itu patience and persistence. Tidak dimulai dari besok, tapi sekarang. That's only what I do. Nggak ada yang saya rahasiakan. Kalo cocok, silakan dicoba. Kalo ada cara lain yang lebih menyenangkan, why not. Yang penting, sabar dan istiqomah. Dan proses itu nggak instant. Saya sih jalaninnya seneng aja, coz nggak ada pantangan apapun. Nggak bayar karna nggak ada produk yang kudu dibeli. Bisa makan apa aja. Saya juga tetep makan makanan favorit saya seperti coklat, susu, keju, mie ayam baso, jus alpukat, apa aja. Asal, sewajarnya, tidak berlebihan. Sesuai dengan kebutuhan kalori. Dan saya membatasi untuk makan nggak lebih dari 2000 kalori per harinya. Ya ngitungnya sih saya kira-kira aja, nggak exact banget, coz saya bukan nutritionist.

Hasilnya?

Per minggunya saya turun 1-1,5 kg. Memang sih, ada kalanya angka timbangan itu stuck nggak mau turun selama 1-2 minggu. Nah, di situlah ujiannya. Keep going on... Jangan nyerah di titik itu. Semua orang yang menurunkan berat badannya ngalamin hal itu kok. Dulu saya pernah stuck di angka 52. Tapi setelah 1 mingguan angkanya masih mau bergerak turun. And finally I achieved 46 kg. Ya... 46/159. Kurus banget waktu itu. Saya naikin lagi 2 kg biar agak ideal, then I achieved 48 kg. Sekarang alhamdulillah BBnya juga sekitaran itu aja antara 46-50kg.

Bagi yang lagi berjuang menurunkan BBnya, selamat berjuang, semoga istiqomah dan mendapatkan seperti apa yang diinginkan. Kalo mau share ato tanya-tanya, boleh kok, dengan senang hati. Keliatannya berat ya, tapi kalo tau hasil akhirnya, worth it.