Friday 14 December 2012

Surat Untuk Guruku



Kudapati beberapa surat dalam box “Surat Untuk Guruku Tercinta” yang ditujukan untukku waktu Hari Guru Nasional, 25 November 2012 kemaren... Lembar demi lembar kubaca... :D Hahaha... lucuuu! :’) Ada yang bikin haru juga tapi... Ada yang cuma surat kaleng (a.k.a. no name; yang sampai sekarang tidak diketahui siapa pengirimnya), ada yang pake nama beken; yang awalnya nggak tau siapa pengirimnya, tapi akhirnya tau juga. Ada yang atas nama kolektif, ada yang pake inisial nama lengkap. Ada juga yang menuliskan nama terang (tapi kalau nama gelap nggak ada). Ada yang pake Bahasa Indonesia, ada juga yang pake bahasa Inggris, dan ada juga yang nggak mudeng artinya apa, atau mungkin bahasa planet lain yang belum kupunya kamusnya...

The day after, ternyata masuh kudapati ‘surprise’ susulan, selembar kertas yang terselip di antara halaman-halaman buku tugas. Awalnya si ragu...Tapi, setelah kudapati footnote yang make sure bahwa itu buatku, i took it!

Here are some of the letters...
I spent a lot of time to understand the meaning of these ones. I’m afraid that my interpretation is so much far from the writer’s purpose. Anyone would like to give any idea?

First...

“I will nominalizin express number one thank you all upon guidance nominalizin like that usual beyond”

Second...

“Maybe this taste amazed first to bottonhole teacher SMA I think you new teacher but you can us take heaart make us feel pleasant and more industrious.”

Third...

“... I dislike when you give me work dormitory very many, hehe ^o^”

Haha...so honest... J

Fourth...
*Yang ini pake bahasa Indonesia si, jadi...mudeng lah yaa...*

Fifth...

“... Sometime I feel strange when I got a “GOOD” mark. I’ve never got it before! I don’t think it’s mine. It’s not fear...”

Lah, dikasih nilai bagus malah protes... Well actually sebenernya tuh surat pake Bahasa Indonesia, tak translate sendiri. Can’t you see the last sentence? So... :’)

Sixth...

“Honestly, I do really want to make my teacher happy, smiling, and proud, but I failed!”

So touch... J

Seventh...

“...Ternyata mengecewakan guru rasanya sakit di hati...”

:’(

Eighth...

“...Dulu bahasa Inggris terasa hambar, I do believe that my (new) teacher has been giving a new taste so mengubah rasa hambar menjadi lezat...”

Alhamdulillah, if so...

Ninth...

“...I started enjoy learning English...”

Good... d(^^,)

Tenth...
And this one...

“...Malah ketika di asrama, kadang ngeliatin jadwal. Kapan ya pelajaran Bahasa Inggris? Can’t wait...”

...oh, so sweet...

Eleventh...

“...You remind me to my former teacher...”

(“,)? *eh*

Twelveth...
*isinya curhat* nggak usah tak tulis ya... *secret* hihi...

Last but not least...

“IBUK AKAN SELALU KUINGAT, JANJI! SEUMUR HIDUP!”

*banjir tangisan haru after reaD all*

Tuesday 27 November 2012

A Letter for My Amorous Mom and Dad



Teruntuk Bunda dan Ayah tersayang,
di tempat terindah di hatiku...

                Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuhu,
                Teriring salam ta’dzim Ananda teruntuk Bunda dan Ayah tercinta.

                Terimakasih Bunda, terimakasih ayah, teruntuk semuanya. Memang ribuan ungkapan terimakasih dari nanda tak akan cukup untuk apa yang telah Bunda dan Ayah berikan. Mungkin sampai detik ini belum ada satu hal yang bisa membuat Bunda dan Ayah bangga. Nanda memohon maaf yang sangat untuk semua itu.
               
                Nanda tau, sayang Bunda dan Ayah begitu besar, dan semua itu tulus, tanpa pamrih apapun, tanpa harap mendapatkan balasan apapun, dan sampai detik ini pula, mungkin belum bisa setimpal apa yang Nanda berikan. Nanda tau, setiap SMS yang Bunda dan Ayah kirim untuk Nanda adalah sayang dalam kecemasan yang mungkin seringkali Nanda abaikan, lama membalasnya, hingga kadang mungkin tak sempat membalas. Nanda tau, yang Bunda dan Ayah inginkan adalah kebahagiaan Nanda. Nanda juga tau, setiap nasehat-nasehat Bunda maupun Ayah yang berulang disampaikan ke Nanda untuk kebaikan Nanda. Bunda, Ayah, percayalah, ketika Nanda diam bukan berarti Nanda tidak mendengarkan. Tapi Nanda sedang mencerna betul-betul apa yang Bunda atau Ayah sampaikan.

                Ketika Bunda dan Ayah memikirkan kebahagiaan Nanda ke depan, insyaallah Nanda juga mempunyai planning tentang itu....semua itu sudah ada dalam life mapping Nanda. Yang Nanda minta hanyalah restu dan doa dari Bunda dan Ayah.

“Bunda, Ayah, percayalah bahwa tak ada doa yang tertolak ketika orang tua memohon dalam doanya dengan tangisan di sepertiga malam terakhir.”

            Nanda tau doa Bunda dan Ayah selalu menyertai Nanda. Insyaallah rencana-Nya akan datang tepat waktu. Tidak terlalu awal, tidak terlambat, hanya tinggal bagaimana kita bersabar.

                Bunda, Ayah, di sini Nanda akan membangun mimpi-mimpi besar Nanda. Memang, semuanya tidak bisa instan. Semua butuh proses. Bersama orang-orang hebat yang visioner, Nanda akan membangun mimpi-mimpi itu. Keridhoan Bunda dan Ayah lah yang Nanda harapkan, karna di sana, keridhoan Allah pasti akan turut serta.

Tahukah, di sini Nanda bahagia, dikelilingi anak-anak yang mencintai Nanda. Bunda, Ayah, anggal 25 November kemarin adalah Hari Guru Nasional. Terharunya Nanda ketika anak-anak menyanyikan lagu hymne guru, membawakan bunga, dan menuliskan surat untuk Nanda.

Bunda, Ayah, tahukah apa yang membuat Nanda menjadi guru yang disayangi anak-anak? Itu karena didikan Bunda dan Ayah kepada Nanda selama ini. Yang mendidik Nanda dengan penuh kasih dan sayang serta kelembutan, hingga itulah yang Nanda berikan kepada anak-anak.

Terimakasih Bunda, Terimakasih Ayah. Nanda sayang Bunda, Nanda sayang Ayah.


Ananda

Tuesday 2 October 2012

Pernak-Pernik Wisuda Cara Gue



          Kebanyakan pada heboh sendiri, sana sini ketemu pertanyaan yang hampir senada. Wah, enaknya wisuda nanti pakai apa ya? Eh, kamu, mau pake baju warna apa? Nyewa kebaya, yang murah di mana ya? Beli bahan, jahitin aja yu...! hunting baju yuk buat wisudaan ntar? Hey, tau salon muslimah sekitar sini nggak? Make up-nya ntar ke salon mana ya? Rambut gue ntar diapain ya bagusnya? Hunting model jilbab yang kece yuuu! Yah, itu baru sebagian aja...

          Nano nano memang, setelah diribetkan dengan skripsi, ujian, revisi, kejar-kejaran ma dosen, daftar wisuda, bayar ini itu, mulai ngeprint draft, menggandakan, jilid, bayar wisuda, sewa toga, bikin kartu alumni, ealah, ternyata masih pada sisa uang, tenaga dan pikiran untuk mikir yang jlimet.

          Coba deh kalo diitung pas mau ujian skripsi, nge print dan menggandakan draft skripsi. Kalo skripsinya 100 lembar, kira kira 50ribu ada laahh....habis itu revisi, 15ribu lagi, jilid 100ribu, bayar wisuda 500ribu, sewa toga 100ribu, bikin kartu alumni 50ribu, kalo pake acara nyalon make up nya 80ribu, sewa kebaya 150ribu. Ditotal ajah...

          Well, it’s okay... i think it’s kinda gratefullness, happiness to redeem of all stuff which had been struggled to be done. Monggo lah...

          Hoho... ternyata beberapa pertanyaan serupa ditujukan padaku juga. Kalo ditanya, eh, wisuda ntar pake baju apa? Pake baju batik yang dijahitin ibu waktu lebaran dua tahun yang lalu, masih bagus buat dipake kok.

          Ntar mau make up ke salon mana? Wew, nggak biasa make up, dandan sendiri aja. Yang jelas no blush on!

Friday 24 August 2012

Antara Qadha Puasa dan Puasa Syawal, Duluan Mana?


“Eh, dah dapet berapa hari puasanya?”
“Puasa apa?”
“Syawal laaah...”
“Oh, ni aku masih qadha puasaku. Hutang puasa Ramadhanku kemarin agak lumayan soalnya.”
“Loh? Nggak Syawal dulu aja? Keburu habis loh Syawalnya...”

Sebagian orang yang mempunyai hutang puasa Ramadhan, lebih mendahulukan puasa sunah Syawalnya ketimbang membayar hutang puasa Ramadhannya. Sebagian lagi, mempunyai pendapat, yang penting yang utang dulu lah dilunasin. Menurutmu?


We all see yaa... kalo qadha puasa itu hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal itu hukumnya. Nah, dari Hadits Riwayat Bukhari no. 6502, diriwayatkan:

“Tidaklah hambaku mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib hingga Aku mencintainya.”

Oke, dari situ jelas kalau amalan wajib itu kudu didahuluin sebelum menegakkan yang sunah. Well, kita nggak pernah tau jatah hidup kita sampai kapan. Apakah yakin masih bisa ketemu hari lain lagi setelah Syawal? Hayoh loh... 

Kembali lagi ke hukum awal, bahwa wajib itu adalah suatu perkara yang apabila dilakukan mendapat pahala, bila ditinggalkan mendapat dosa. Sedangkan sunah adalah suatu perkara yang apabila dilakukan mendapat pahala, tapi kalau ditinggal...ya nggak apa-apa. Di sini, qadha puasa menempati posisi wajib, sedangkan puasa Syawal menempati posisi sunah. So, alangkah baiknya kita menegakkan amalan sunnah setelah kewajiban kita tertunaikan, baru deh mengejar keutamaan Puasa sunah Syawal sebagaimana yang tersebut dalam hadits:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim 1164)

 Okay, selamat berpuasaaa...

Wednesday 22 August 2012

Jadi, kamu mencintainya? Lalu, apakah dia juga mencintaimu?



“OK, jadi makan siang di mana kita?” akhirnya Alex, sang pianis itu mengiyakan tawaran adiknya. Diserobotnya kunci mobil di bawah tumpukan kertas penuh dengan coretan not balok.
“Ada restoran bagus di dekat studioku,” Ray memberikan opsi.
“Bukankah tidak ada restoran bagus di sana?”
“Di sekitar studio lamaku memang tidak ada. Kuajak kau ke studio baruku.”
* * *
“Lalu, apa kesibukanmu akhir-akhir ini?” Alex membuka pembicaraan di dalam mobil.
“Mengajar,” timpal Ray ringan.
“Mengajar?”
Jelas Alex sangat shock mendengar jawaban adiknya itu. Okelah dia memang b-boy yang sangat cerdas, berprestasi, berbakat, aktif, kreatif, dan inovatif. Tapi untuk mengajar? Tidak... Ray bukan tipe orang yang cukup sabar untuk menghadapi makhluk bernama murid.
“Iya. Mengajar,” tegas Ray.
“Apa yang mendorongmu melakukannya?”
“Kalau bukan karena dia, akupun tak mau melakukannya.”
“Dia? Siapa dia?”
“Mia. Mia Clark.”
Alex mencoba mengingat-ingat nama itu, barangkali dia pernah mengenalnya, lalu ia lupa. Namun, semenit, dua menit, setelah beberapa menit berlalu, ternyata nama itu memang benar-benar asing.
“Mia?”
“Aku mengenalnya ketika pertama kali aku melihatnya menari. Dan saat itu pula dia memikatku melalui pesonanya.”
“Kenapa kau mau melakukannya?”
“Waktu itu dia membutuhkan guru hip-hop untuk mengajar anak-anak di studionya. Jadi, bagaimana aku menolaknya jika itu adalah kesempatanku untuk bertemu dengannya?”
Oh, Ray... kau telah menjadi laki-laki yang cengeng sekarang...
“Apakah kau menyukai gadis itu?”
“Ya... dan lusinan pria lainnya pun dedemikian.”
“Lalu, apakah dia juga menyukaimu?”
“Aku tidak tau.”
“Tidak tau?”
“Iya, aku tidak tau.”
“Bagaimana bisa kau tidak mengetahuinya?”
“Kadang aku merasa dia juga menyukaiku. Kadang dia menatapku, tersenyum padaku, dan bicara padaku. Tapi, dia juga menatap, tersenyum, dan bicara dengan yang lainnya juga. Sama halnya yang dia lakukan padaku. Jadi... aku tidak tau.”
“Ya ampun Ray, kau telah dipermainkan. Bagaimana bisa kau menarik sebuah kesimpulan jika apa yang dia lakukan padamu, dilakukannya pula pada lusinan laki-laki lain?”
“Tidak. Dia bukan wanita seperti itu. Kalau begitu, lebih baik aku pertemukan kau dengannya agar setidaknya kau bisa mengubah sedikit penilaianmu terhadapnya.”


*cuplikan novel “Sunshine Becomes You” – Ilana Tan
**seingetku doang si...

Monday 20 August 2012

Kekasihku Telah Pergi



Senja sore itu, mengiring sirnanya sinar sang surya. Datangnya gelap pada hari itu adalah detik-detik bagiku berpisah dengannya. Waktu memang tak bisa menunggu, aku pun tak punya daya untuk menawar, mengulurnya satu atau dua detik saja. Terkadang waktu memang kejam. Ketika ditunggu, tak kunjung datang. Ketika dimohon berhenti, malah dengan kencangnya berlari. Dan ketika detik itu pun harus tiba, maka pada saat itulah kekasihku pergi. Segenap memori kebersamaanku dengannya seolah diputar kembali. Tak terasa perjalanan yang terekam dalam waktu yang tak seberapa ini telah sampai pada penghujung pita terakhir. Pasti! Semua tak kan hilang begitu saja, karna aku telah menyimpannya rapi.

Dia pergi dijemput oleh sang waktu. Percayaku, dia pergi tak kan lama. Sama seperti ketika dulu ia pergi berbilang waktu saja. Karna kelak, sang waktu yang akan membawanya kembali. Segenap harapku, aku akan menanti. Sebaris kata yang terangkai doa, cukuplah bukti aku merindunya. Insyaallah, Robb-ku mengizinkanku bertemu dengannya*. Aamiin...

*Ramadhan

Monday 13 August 2012

Calon Imammu telah Dituliskan-Nya di Lauh Mahfudz, Begitupun Tulang Rusukmu


“Sudah punya calon, belum?”
“Alhamdulillah sudah,”
“Oh, ya... Siapa?”
“Dia adalah sebuah nama yang dibisikkan padaku ketika usiaku empat bulan di dalam kandungan. Jika kau tanyakan siapa, aku lupa...”

Obrolan biasa yang biasanya muncul di tengah cakap baik kaum Adam maupun Hawa, entah biasanya serius atau biasanya bercanda, entah yang biasanya atau nggak sengaja ngompor-ngomporin, yang jelas selalu jadi trending topik. Ada yang mendadak galau lalu pasang muka melow, ada pula yang lalu berbinar berapi-api, juga antusias menanggapinya. Kamu? Yang mana?

“Sholat dua rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan).” (H. R. Ibnu Ady dalam Kitab Al-Kamil dari Abu Hurairah.

Nah loh, yang masih single angkat tangannyaaa... Ketinggalan berapa rakaat tuh sama yang udah dobel... Well guys, take it easy, just enjoy every inches of your timeline. Yang udah dipertemukan dengan calon imamnya, yang udah nemuin tulang rusuknya yang selama ini hilang entah kemana, so, what are you waiting for? Kalo yang belum, sabar and keep fighting yak, coba diakselerasi dengan dua akselerator berikut ini:

1.       Doakan orang lainSetiap doa yang baik pasti kembalinya juga pada diri sendiri. 

Jika kita menginginkan sesuatu yang baik untuk diri kita, doakanlah pula orang lain yang memiliki hajat yang sama dengan kita. Karena ketika doa kita diangkat ke langit, maka para malaikat meng-aamiin-i doa kita, dan menjawab, “Wa antum kadzaalik,” – Dan untukmu juga 

2.      Silaturahim di kolam yang tepat dengan kolam yang tepat

Jika mendambakan ia-nya yang sholeh/ sholehah, datangilah komunitas-komunitas yang bisa mempertemukanmu dengan mereka.

“Udah koook, aku udah kaya’ gitu, tapi kok nggak nemu-nemu ya...,”
Waduh, jangan protes sama saya. Bagi yang belum dipertemukan, sebelum jauh-jauh mencari kambing hitam, (padahal yang putih aja gak ketemu-ketemu) apakah tembok-tembok penghalang di bawah ini sudah berhasil diruntuhkan...?

1.       Terlena urusan lain yang bersifat duniawi 

“Kapan nikah...?”
“Gue masih pengen fokus di karir gue dulu.”
“Boro-boro... Rumah aja masih numpang ortu...”
“Ntar lah ya...ni masih tahap pedekate sama si do’i nih.”

Satu pertanyaan, beraneka ragam jawaban. Alasan karir, nunggu mapan, masih pacaran...itu tuh yang jadi tembok penghalang jodoh. Padahal kalau pakai cara kanannya Bang Ippho ‘Right’ Santosa, nikah itu gampang, Cuma perlu tiga tahap doang; kenalan, lamaran, akad nikah. Yeah, it’s  just that simple. Cepat, hemat, tepat sasaran. Kalo yang ngoyoworo pake cara kiri:
·         Kenalan
·         Pedekate
·         Pacaran
·         Punya kerjaan tetap
·         Punya kendaraan
·         Punya Rumah
·         Punya isi rumah
·         Tunangan
·         Lamaran
·         Menentukan hari baik
·         Seserahan
·         Menyebar undangan
·         Akad nikah
·         Resepsi dari pihak keluarga istri
·         Resepsi dari pihak keluarga suami
·         Bulan madu

Nah, pilih yang mana? Yang kelas express atau kelas ekonomi?

2.      Terjebak masalah internal

Miskin tawakal, miskin mental, miskin harta, biasanya jadi masalah klasik untuk menyegerakan menggenapkan separuh dien.

·         Miskin tawakal
Biasanya, yang bikin tipisnya tawakal, kelamaan nimbang-nimbang masalah keluarga.
“Ah, dia kan bukan keturunan darah biru.”
“Ah, orang tuanya nggak kaya kok.”
“Kata orang tua, jangan nikah tanggal itu, pamali.”
“Kata nenek, anak bungsu jangan nikah sama anak bungsu, nggak boleh.”
Hadeeh, ini tuh yang mau nikah siapa? Mau nikahin orang tuanya atau kakek/ neneknya sih?

·         Miskin mental
Masa lalu biasanya menyebabkan trauma tersendiri. Nah memang kadang burden itu nggak datang jauh-jauh, tapi kadang memang burden terbesar dan terberat itu malah datang dari dalam diri.

·         Miskin harta
Semakin tinggi status sosial seseorang, biasanya makin tinggi pula yang hendak dikejarnya. Dulu mungkin mimpinya cuma pengen punya mobil aja cukup, setelah mobil dapet, kayaknya oke nih kalo punya pesawat pribadi. Eh, kesampaian juga. Habis koleksi penuh, pengennya kapal pesiar. Yiaaah, kapan pengen nikahnyaaa....

“ Dan nikahkanlah orang-orang yang membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (Q. S. An-Nur: 32)

3.      Tipis keyakinan dalam berdoa

Doa itu bukan ban serep, bukan pula ujung dari kepasrahan sebuah ikhtiyar. Doa itu bukan ketika sudah mentok sampai jalan buntu, seolah-olah nggak ada harapan lagi. Bukan... Bukan itu... Doa itu adalah awal dari segala ikhtiyar. Karna dengan doalah yang akan membuat aqidah tetap bersih, jernih, dan tak akan keruh.

4.      Takut berikhtiyar lebih

Satu kata yang membedakan kesuksesan dengan kegagalan adalah “ACTION”. Action yang biasa, akan membuahkan hasil yang biasa pula. Action yang luar biasa, tentu akan berbeda hasilnya dengan yang biasa. Going extra miles; melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain.

5.      Ternodai oleh dosa

Ibaratnya gini deh, seseorang yang membawa sekarung pasir dengan massa 50 kg, dengan orang yang membawa pasir di genggaman tangannya aja, kalau mereka harus berlari dengan beban masing-masing yang dibawa, kira-kira menang yang mana? Yang bawa 50 kg pasir? Bisa jadi...kalau yang bawa segenggam pasir nggak ikutan lari. Oke deh, mereka berdua mempunyai kemampuan yang sama, sama-sama lari dari start yang sama, berakhir di garis finish yang sama. Maka jawabannya...?

            Nah, segera saja deh, mana yang masih jadi tembok penghalang, hajaaar!!! Sertailah setiap ikhtiyar dengan istikharah, karena ia yang akan mendekatkanmu pada yang menjadi hakmu dan menjauhkanmu dari apa yang bukan hakmu.


*References:
Al- Qur’an
Hadits
7 Keajaiban Rezeki; Ippho ‘Right’ Santosa
Catatan seminar (Asmara Sakinah; April, 15th 2012 @ Masjid Al-Huda by: Ust. Riyadh)

**Thanks to ‘the senior’ for the recommended event