“OK,
jadi makan siang di mana kita?” akhirnya Alex, sang pianis itu mengiyakan
tawaran adiknya. Diserobotnya kunci mobil di bawah tumpukan kertas penuh dengan
coretan not balok.
“Ada
restoran bagus di dekat studioku,” Ray memberikan opsi.
“Bukankah
tidak ada restoran bagus di sana?”
“Di sekitar studio lamaku memang tidak ada. Kuajak kau ke studio baruku.”
*
* *
“Lalu,
apa kesibukanmu akhir-akhir ini?” Alex membuka pembicaraan di dalam mobil.
“Mengajar,”
timpal Ray ringan.
“Mengajar?”
Jelas
Alex sangat shock mendengar jawaban adiknya itu. Okelah dia memang b-boy yang sangat cerdas, berprestasi, berbakat,
aktif, kreatif, dan inovatif. Tapi untuk mengajar? Tidak... Ray bukan tipe
orang yang cukup sabar untuk menghadapi makhluk bernama murid.
“Iya.
Mengajar,” tegas Ray.
“Apa
yang mendorongmu melakukannya?”
“Kalau
bukan karena dia, akupun tak mau melakukannya.”
“Dia?
Siapa dia?”
“Mia.
Mia Clark.”
Alex
mencoba mengingat-ingat nama itu, barangkali dia pernah mengenalnya, lalu ia
lupa. Namun, semenit, dua menit, setelah beberapa menit berlalu, ternyata nama
itu memang benar-benar asing.
“Mia?”
“Aku
mengenalnya ketika pertama kali aku melihatnya menari. Dan saat itu pula dia
memikatku melalui pesonanya.”
“Kenapa
kau mau melakukannya?”
“Waktu
itu dia membutuhkan guru hip-hop
untuk mengajar anak-anak di studionya. Jadi, bagaimana aku menolaknya jika itu
adalah kesempatanku untuk bertemu dengannya?”
Oh, Ray... kau
telah menjadi laki-laki yang cengeng sekarang...
“Apakah
kau menyukai gadis itu?”
“Ya...
dan lusinan pria lainnya pun dedemikian.”
“Lalu,
apakah dia juga menyukaimu?”
“Aku
tidak tau.”
“Tidak
tau?”
“Iya,
aku tidak tau.”
“Bagaimana
bisa kau tidak mengetahuinya?”
“Kadang
aku merasa dia juga menyukaiku. Kadang dia menatapku, tersenyum padaku, dan
bicara padaku. Tapi, dia juga menatap, tersenyum, dan bicara dengan yang
lainnya juga. Sama halnya yang dia lakukan padaku. Jadi... aku tidak tau.”
“Ya
ampun Ray, kau telah dipermainkan. Bagaimana bisa kau menarik sebuah kesimpulan
jika apa yang dia lakukan padamu, dilakukannya pula pada lusinan laki-laki
lain?”
“Tidak.
Dia bukan wanita seperti itu. Kalau begitu, lebih baik aku pertemukan kau
dengannya agar setidaknya kau bisa mengubah sedikit penilaianmu terhadapnya.”
*cuplikan
novel “Sunshine Becomes You” – Ilana Tan
**seingetku doang si...
No comments:
Post a Comment