Friday 24 August 2012

Antara Qadha Puasa dan Puasa Syawal, Duluan Mana?


“Eh, dah dapet berapa hari puasanya?”
“Puasa apa?”
“Syawal laaah...”
“Oh, ni aku masih qadha puasaku. Hutang puasa Ramadhanku kemarin agak lumayan soalnya.”
“Loh? Nggak Syawal dulu aja? Keburu habis loh Syawalnya...”

Sebagian orang yang mempunyai hutang puasa Ramadhan, lebih mendahulukan puasa sunah Syawalnya ketimbang membayar hutang puasa Ramadhannya. Sebagian lagi, mempunyai pendapat, yang penting yang utang dulu lah dilunasin. Menurutmu?


We all see yaa... kalo qadha puasa itu hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal itu hukumnya. Nah, dari Hadits Riwayat Bukhari no. 6502, diriwayatkan:

“Tidaklah hambaku mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib hingga Aku mencintainya.”

Oke, dari situ jelas kalau amalan wajib itu kudu didahuluin sebelum menegakkan yang sunah. Well, kita nggak pernah tau jatah hidup kita sampai kapan. Apakah yakin masih bisa ketemu hari lain lagi setelah Syawal? Hayoh loh... 

Kembali lagi ke hukum awal, bahwa wajib itu adalah suatu perkara yang apabila dilakukan mendapat pahala, bila ditinggalkan mendapat dosa. Sedangkan sunah adalah suatu perkara yang apabila dilakukan mendapat pahala, tapi kalau ditinggal...ya nggak apa-apa. Di sini, qadha puasa menempati posisi wajib, sedangkan puasa Syawal menempati posisi sunah. So, alangkah baiknya kita menegakkan amalan sunnah setelah kewajiban kita tertunaikan, baru deh mengejar keutamaan Puasa sunah Syawal sebagaimana yang tersebut dalam hadits:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim 1164)

 Okay, selamat berpuasaaa...

Wednesday 22 August 2012

Jadi, kamu mencintainya? Lalu, apakah dia juga mencintaimu?



“OK, jadi makan siang di mana kita?” akhirnya Alex, sang pianis itu mengiyakan tawaran adiknya. Diserobotnya kunci mobil di bawah tumpukan kertas penuh dengan coretan not balok.
“Ada restoran bagus di dekat studioku,” Ray memberikan opsi.
“Bukankah tidak ada restoran bagus di sana?”
“Di sekitar studio lamaku memang tidak ada. Kuajak kau ke studio baruku.”
* * *
“Lalu, apa kesibukanmu akhir-akhir ini?” Alex membuka pembicaraan di dalam mobil.
“Mengajar,” timpal Ray ringan.
“Mengajar?”
Jelas Alex sangat shock mendengar jawaban adiknya itu. Okelah dia memang b-boy yang sangat cerdas, berprestasi, berbakat, aktif, kreatif, dan inovatif. Tapi untuk mengajar? Tidak... Ray bukan tipe orang yang cukup sabar untuk menghadapi makhluk bernama murid.
“Iya. Mengajar,” tegas Ray.
“Apa yang mendorongmu melakukannya?”
“Kalau bukan karena dia, akupun tak mau melakukannya.”
“Dia? Siapa dia?”
“Mia. Mia Clark.”
Alex mencoba mengingat-ingat nama itu, barangkali dia pernah mengenalnya, lalu ia lupa. Namun, semenit, dua menit, setelah beberapa menit berlalu, ternyata nama itu memang benar-benar asing.
“Mia?”
“Aku mengenalnya ketika pertama kali aku melihatnya menari. Dan saat itu pula dia memikatku melalui pesonanya.”
“Kenapa kau mau melakukannya?”
“Waktu itu dia membutuhkan guru hip-hop untuk mengajar anak-anak di studionya. Jadi, bagaimana aku menolaknya jika itu adalah kesempatanku untuk bertemu dengannya?”
Oh, Ray... kau telah menjadi laki-laki yang cengeng sekarang...
“Apakah kau menyukai gadis itu?”
“Ya... dan lusinan pria lainnya pun dedemikian.”
“Lalu, apakah dia juga menyukaimu?”
“Aku tidak tau.”
“Tidak tau?”
“Iya, aku tidak tau.”
“Bagaimana bisa kau tidak mengetahuinya?”
“Kadang aku merasa dia juga menyukaiku. Kadang dia menatapku, tersenyum padaku, dan bicara padaku. Tapi, dia juga menatap, tersenyum, dan bicara dengan yang lainnya juga. Sama halnya yang dia lakukan padaku. Jadi... aku tidak tau.”
“Ya ampun Ray, kau telah dipermainkan. Bagaimana bisa kau menarik sebuah kesimpulan jika apa yang dia lakukan padamu, dilakukannya pula pada lusinan laki-laki lain?”
“Tidak. Dia bukan wanita seperti itu. Kalau begitu, lebih baik aku pertemukan kau dengannya agar setidaknya kau bisa mengubah sedikit penilaianmu terhadapnya.”


*cuplikan novel “Sunshine Becomes You” – Ilana Tan
**seingetku doang si...

Monday 20 August 2012

Kekasihku Telah Pergi



Senja sore itu, mengiring sirnanya sinar sang surya. Datangnya gelap pada hari itu adalah detik-detik bagiku berpisah dengannya. Waktu memang tak bisa menunggu, aku pun tak punya daya untuk menawar, mengulurnya satu atau dua detik saja. Terkadang waktu memang kejam. Ketika ditunggu, tak kunjung datang. Ketika dimohon berhenti, malah dengan kencangnya berlari. Dan ketika detik itu pun harus tiba, maka pada saat itulah kekasihku pergi. Segenap memori kebersamaanku dengannya seolah diputar kembali. Tak terasa perjalanan yang terekam dalam waktu yang tak seberapa ini telah sampai pada penghujung pita terakhir. Pasti! Semua tak kan hilang begitu saja, karna aku telah menyimpannya rapi.

Dia pergi dijemput oleh sang waktu. Percayaku, dia pergi tak kan lama. Sama seperti ketika dulu ia pergi berbilang waktu saja. Karna kelak, sang waktu yang akan membawanya kembali. Segenap harapku, aku akan menanti. Sebaris kata yang terangkai doa, cukuplah bukti aku merindunya. Insyaallah, Robb-ku mengizinkanku bertemu dengannya*. Aamiin...

*Ramadhan

Monday 13 August 2012

Calon Imammu telah Dituliskan-Nya di Lauh Mahfudz, Begitupun Tulang Rusukmu


“Sudah punya calon, belum?”
“Alhamdulillah sudah,”
“Oh, ya... Siapa?”
“Dia adalah sebuah nama yang dibisikkan padaku ketika usiaku empat bulan di dalam kandungan. Jika kau tanyakan siapa, aku lupa...”

Obrolan biasa yang biasanya muncul di tengah cakap baik kaum Adam maupun Hawa, entah biasanya serius atau biasanya bercanda, entah yang biasanya atau nggak sengaja ngompor-ngomporin, yang jelas selalu jadi trending topik. Ada yang mendadak galau lalu pasang muka melow, ada pula yang lalu berbinar berapi-api, juga antusias menanggapinya. Kamu? Yang mana?

“Sholat dua rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan).” (H. R. Ibnu Ady dalam Kitab Al-Kamil dari Abu Hurairah.

Nah loh, yang masih single angkat tangannyaaa... Ketinggalan berapa rakaat tuh sama yang udah dobel... Well guys, take it easy, just enjoy every inches of your timeline. Yang udah dipertemukan dengan calon imamnya, yang udah nemuin tulang rusuknya yang selama ini hilang entah kemana, so, what are you waiting for? Kalo yang belum, sabar and keep fighting yak, coba diakselerasi dengan dua akselerator berikut ini:

1.       Doakan orang lainSetiap doa yang baik pasti kembalinya juga pada diri sendiri. 

Jika kita menginginkan sesuatu yang baik untuk diri kita, doakanlah pula orang lain yang memiliki hajat yang sama dengan kita. Karena ketika doa kita diangkat ke langit, maka para malaikat meng-aamiin-i doa kita, dan menjawab, “Wa antum kadzaalik,” – Dan untukmu juga 

2.      Silaturahim di kolam yang tepat dengan kolam yang tepat

Jika mendambakan ia-nya yang sholeh/ sholehah, datangilah komunitas-komunitas yang bisa mempertemukanmu dengan mereka.

“Udah koook, aku udah kaya’ gitu, tapi kok nggak nemu-nemu ya...,”
Waduh, jangan protes sama saya. Bagi yang belum dipertemukan, sebelum jauh-jauh mencari kambing hitam, (padahal yang putih aja gak ketemu-ketemu) apakah tembok-tembok penghalang di bawah ini sudah berhasil diruntuhkan...?

1.       Terlena urusan lain yang bersifat duniawi 

“Kapan nikah...?”
“Gue masih pengen fokus di karir gue dulu.”
“Boro-boro... Rumah aja masih numpang ortu...”
“Ntar lah ya...ni masih tahap pedekate sama si do’i nih.”

Satu pertanyaan, beraneka ragam jawaban. Alasan karir, nunggu mapan, masih pacaran...itu tuh yang jadi tembok penghalang jodoh. Padahal kalau pakai cara kanannya Bang Ippho ‘Right’ Santosa, nikah itu gampang, Cuma perlu tiga tahap doang; kenalan, lamaran, akad nikah. Yeah, it’s  just that simple. Cepat, hemat, tepat sasaran. Kalo yang ngoyoworo pake cara kiri:
·         Kenalan
·         Pedekate
·         Pacaran
·         Punya kerjaan tetap
·         Punya kendaraan
·         Punya Rumah
·         Punya isi rumah
·         Tunangan
·         Lamaran
·         Menentukan hari baik
·         Seserahan
·         Menyebar undangan
·         Akad nikah
·         Resepsi dari pihak keluarga istri
·         Resepsi dari pihak keluarga suami
·         Bulan madu

Nah, pilih yang mana? Yang kelas express atau kelas ekonomi?

2.      Terjebak masalah internal

Miskin tawakal, miskin mental, miskin harta, biasanya jadi masalah klasik untuk menyegerakan menggenapkan separuh dien.

·         Miskin tawakal
Biasanya, yang bikin tipisnya tawakal, kelamaan nimbang-nimbang masalah keluarga.
“Ah, dia kan bukan keturunan darah biru.”
“Ah, orang tuanya nggak kaya kok.”
“Kata orang tua, jangan nikah tanggal itu, pamali.”
“Kata nenek, anak bungsu jangan nikah sama anak bungsu, nggak boleh.”
Hadeeh, ini tuh yang mau nikah siapa? Mau nikahin orang tuanya atau kakek/ neneknya sih?

·         Miskin mental
Masa lalu biasanya menyebabkan trauma tersendiri. Nah memang kadang burden itu nggak datang jauh-jauh, tapi kadang memang burden terbesar dan terberat itu malah datang dari dalam diri.

·         Miskin harta
Semakin tinggi status sosial seseorang, biasanya makin tinggi pula yang hendak dikejarnya. Dulu mungkin mimpinya cuma pengen punya mobil aja cukup, setelah mobil dapet, kayaknya oke nih kalo punya pesawat pribadi. Eh, kesampaian juga. Habis koleksi penuh, pengennya kapal pesiar. Yiaaah, kapan pengen nikahnyaaa....

“ Dan nikahkanlah orang-orang yang membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (Q. S. An-Nur: 32)

3.      Tipis keyakinan dalam berdoa

Doa itu bukan ban serep, bukan pula ujung dari kepasrahan sebuah ikhtiyar. Doa itu bukan ketika sudah mentok sampai jalan buntu, seolah-olah nggak ada harapan lagi. Bukan... Bukan itu... Doa itu adalah awal dari segala ikhtiyar. Karna dengan doalah yang akan membuat aqidah tetap bersih, jernih, dan tak akan keruh.

4.      Takut berikhtiyar lebih

Satu kata yang membedakan kesuksesan dengan kegagalan adalah “ACTION”. Action yang biasa, akan membuahkan hasil yang biasa pula. Action yang luar biasa, tentu akan berbeda hasilnya dengan yang biasa. Going extra miles; melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain.

5.      Ternodai oleh dosa

Ibaratnya gini deh, seseorang yang membawa sekarung pasir dengan massa 50 kg, dengan orang yang membawa pasir di genggaman tangannya aja, kalau mereka harus berlari dengan beban masing-masing yang dibawa, kira-kira menang yang mana? Yang bawa 50 kg pasir? Bisa jadi...kalau yang bawa segenggam pasir nggak ikutan lari. Oke deh, mereka berdua mempunyai kemampuan yang sama, sama-sama lari dari start yang sama, berakhir di garis finish yang sama. Maka jawabannya...?

            Nah, segera saja deh, mana yang masih jadi tembok penghalang, hajaaar!!! Sertailah setiap ikhtiyar dengan istikharah, karena ia yang akan mendekatkanmu pada yang menjadi hakmu dan menjauhkanmu dari apa yang bukan hakmu.


*References:
Al- Qur’an
Hadits
7 Keajaiban Rezeki; Ippho ‘Right’ Santosa
Catatan seminar (Asmara Sakinah; April, 15th 2012 @ Masjid Al-Huda by: Ust. Riyadh)

**Thanks to ‘the senior’ for the recommended event

Sunday 12 August 2012

Gregarious and Self-Reliant Individuals


-The best of you is the most contributing for others-

Everybody needs to be independence, firm on their feet firmly, without any fracas. However, they cannot live alone. They need others. They may live in their solitary, but they may not grow without love. They cannot.

Today’s generation needs some people who really care about how this nation would be in the future. These circumstances should be thought by bureaucrat only. We, as the next Indonesia generation, also can contribute our body, soul, and deliberation for this beloved nation. It is not as hard as we think actually. We must not begin a big idea from a big think. We can start to build this huge homeland by a very simple little thing. Like Aa’ Gym said, “Start from ourselves, start from small thing, and start it now.” It means that a big thing comes from a small thing. Who will fire up? The answer would be “ourselves”. Let's begin! We do not need to wait the others to start a good thing. Be an initiator for a superior entity! In addition, when will we start it? The definite answer must be “now”. It only takes a single thought to move the world; ACTION.

To begin it, we start from ourselves. Look inside ourselves. There is a perfect order hiding in ourselves, running in our veins. Anger, love, pain and all the things we are feeling that we cannot touch them with our hands. Make such a question, are they really there?  (Lyric of Maher Zain – Open your eyes) A strong character is needed to build Indonesia character. As a huge nation, we should not only depend our future to other countries, we should build our own notable. A self-reliant nation that begins with self-reliant individual.

A liberty does not mean that we can live individual with no other. As a social individual, we need the other to share, to help, and live together, making good relation in a living, loving, and caring the others. John E. Marston in Modern Public Relations (1979) states that, “Public Relation is planned, persuasive communication design to influence significant public,” (Segara: 32). From this statement, how important making relation with others, invite them doing many good things and build positive image building. This is what we need to build gregarious character.

Having a self-reliant personality is the very first beginning of commencing to build the strength in ourselves. As a big tree, it has a very strong root fix in the earth. Its branches up above the sky so high. After we build ourselves, our existence should give benefit for the others. “The best of you, the most contributing for others.” Like stated in Al-Qur’an, Surah Ibrahim ayah 24, “… A goodly word like a goodly tree, whose root is firmly fixed, and its branches (reach) to the heavens. It brings forth its fruit at all times by the leave of its Lord…”

It creates in our mind that a contributing people is pictured as a big tree that is very strong, cannot be crashed although a big storm comes. It is still fixed firmly. After it strengthen itself, it gives benefit around it. It shelters the others, and another can take advantages from it. Not only around it, all creatures around the world also can feel its part. Let us imagine. A big tree produce more quantity of oxygen, absorb more pollution, and its contribution will be bigger and bigger, because it means that it also reduces the global warming effect. In another word, it can be said that its benefit can be felt by whole universe.

If we learn the biography of popular person in the entire world, most of them have a good and inspiring personality like what is mentioned above. Let say Ahmadinejad, the president of Iran. His attitude is as not as president. How come? He considers himself as the other citizen, he dedicates himself to serve public. He does not live in luxurious, he prefers a simple life, instead. Although, he is a president, when he goes praying in Masjid, he must not always in the front line. He chooses to live in his simple house of himself instead of a big castle. He never receive the salary as a president. All his salary he gives back to his citizen’s business. That’s way all people in his nation loves him.

Ahmedinejad is a picture of a big tree which the root is very strong, and the branches shelter another. This world need us to build a unity. Now, let us make a commitment to save the whole universe by being a gregarious and self-reliant individual. Start from ourselves, start from small things, and start from now! The best of you is the most contributing for others.

Saturday 11 August 2012

Rencana Manusia Memang Indah, tapi Lebih Indah Rencana Allah


Apa yang dicari seseorang selepas masa study-nya?
Karir...?
Pasangan hidup...? *whoops

Haha...so classic...
That's me, are you?

Mapping tiga tahun ke depan masih tertempel rapih di dinding kamar. "Mapan sebelum Wisuda" adalah satu prinsip yang kupegang. "I see the glory in 2012" itulah big theme yang kutulis di pojok kiri atas, di atas  kertas marmer berwarna perak. Kuliah dan Bekerja >> Wisuda >> Mandiri. Rencana berkarirpun sudah mulai ku list.

Awalnya aku menerima tawaran dari seorang rekan. Ia menawariku menjadi receptionist di sebuah perusahaan internasional yang bergerak di bidang shipping and cargo. It's a wow! Doing kinda job that I love the most, siapa yang nolak gitu? My former dream was bekerja di belakang meja, di depan layar, menerima telepon, mempunyai banyak koneksi, dan yah...bakal kudapat disana. A dream come true, then...

And imagine...
Pagi kerja, sore pulang kerja ngajar Taekwondo di Dojang pribadi, malem ngelesi. Perfect dah! Passion-ku di dunia marketing and public relation kesampaian, blackbelt-ku yang baru aja certified dari Kukkiwon, South Korea gak mubadzir, dan yang terakhir, ngajar...satu hal yang gak bisa kutinggalkan, tetep kepegang. Bagaimanapun tetep...EDUCATION first, educate the nation adalah nomor wahid.

Nah, itu proposalku, ninggal nunggu acc-Nya aja nih...

Second by second...
Minute by minute...
Hour by hour...
Day by day...
Month by month...

Yattaa,  dan ternyata...bukan satu dari proposalku yang diterima-Nya, tapi semua... Being receptionist at that International company, Taekwondo coach, also a private teacher? Bukan... bukan itu juga. Ternyata, bertubi-tubi pertanyaanku itu cukup diwakilkan satu jawaban dari-Nya; Aku diterima sebagai English teacher disebuah boarding school di kota tetannga :) So? Apa korelasinya dengan mimpi-mimpiku? Yup, here the explanation...

Satu. Kecintaanku pada dunia pendidikan tak bisa kuduakan. Di sini, the prime proirity-ku ya mendidik anak bangsa, educate the nation.

Dua. Coach Taekwondo di kegiatan ekstrakurikuler, teteep...

Tiga. Berhubung mejaku yang paling deket dengan telepon, yap, dobel job sebagai receptionist :)

Nah, lebih indah kan rencananyaaa....

"Fai ayyi 'aalaa irabbikuma tukadzdzibaan."
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?"
"So which of the favors of your Lord would you deny?