“Sudah
punya calon, belum?”
“Alhamdulillah
sudah,”
“Oh,
ya... Siapa?”
“Dia adalah sebuah nama yang dibisikkan
padaku ketika usiaku empat bulan di dalam kandungan. Jika kau tanyakan siapa,
aku lupa...”
Obrolan
biasa yang biasanya muncul di tengah cakap baik kaum Adam maupun Hawa, entah
biasanya serius atau biasanya bercanda, entah yang biasanya atau nggak sengaja
ngompor-ngomporin, yang jelas selalu jadi trending topik. Ada yang mendadak
galau lalu pasang muka melow, ada pula yang lalu berbinar berapi-api, juga
antusias menanggapinya. Kamu? Yang mana?
“Sholat
dua rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik daripada 70
rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan).” (H. R. Ibnu Ady dalam Kitab
Al-Kamil dari Abu Hurairah.
Nah
loh, yang masih single angkat tangannyaaa... Ketinggalan berapa rakaat tuh sama
yang udah dobel... Well guys, take it
easy, just enjoy every inches of your timeline. Yang udah dipertemukan
dengan calon imamnya, yang udah nemuin tulang rusuknya yang selama ini hilang
entah kemana, so, what are you waiting
for? Kalo yang belum, sabar and keep
fighting yak, coba diakselerasi dengan dua akselerator berikut ini:
1. Doakan orang lainSetiap
doa yang baik pasti kembalinya juga pada diri sendiri.
Jika kita menginginkan
sesuatu yang baik untuk diri kita, doakanlah pula orang lain yang memiliki
hajat yang sama dengan kita. Karena ketika doa kita diangkat ke langit, maka
para malaikat meng-aamiin-i doa kita, dan menjawab, “Wa antum kadzaalik,” – Dan
untukmu juga
2. Silaturahim di kolam yang tepat dengan
kolam yang tepat
Jika mendambakan ia-nya yang sholeh/
sholehah, datangilah komunitas-komunitas yang bisa mempertemukanmu dengan
mereka.
“Udah
koook, aku udah kaya’ gitu, tapi kok nggak nemu-nemu ya...,”
Waduh,
jangan protes sama saya. Bagi yang belum dipertemukan, sebelum jauh-jauh
mencari kambing hitam, (padahal yang putih aja gak ketemu-ketemu) apakah
tembok-tembok penghalang di bawah ini sudah berhasil diruntuhkan...?
1. Terlena urusan lain yang bersifat duniawi
“Kapan
nikah...?”
“Gue masih pengen fokus di karir gue
dulu.”
“Boro-boro... Rumah aja masih numpang
ortu...”
“Ntar lah ya...ni masih tahap pedekate
sama si do’i nih.”
Satu
pertanyaan, beraneka ragam jawaban. Alasan karir, nunggu mapan, masih
pacaran...itu tuh yang jadi tembok penghalang jodoh. Padahal kalau pakai cara
kanannya Bang Ippho ‘Right’ Santosa,
nikah itu gampang, Cuma perlu tiga tahap doang; kenalan, lamaran, akad nikah. Yeah, it’s just that simple. Cepat, hemat, tepat
sasaran. Kalo yang ngoyoworo pake cara kiri:
·
Kenalan
·
Pedekate
·
Pacaran
·
Punya
kerjaan tetap
·
Punya
kendaraan
·
Punya
Rumah
·
Punya
isi rumah
·
Tunangan
·
Lamaran
·
Menentukan
hari baik
·
Seserahan
·
Menyebar
undangan
·
Akad
nikah
·
Resepsi
dari pihak keluarga istri
·
Resepsi
dari pihak keluarga suami
·
Bulan
madu
Nah,
pilih yang mana? Yang kelas express atau
kelas ekonomi?
2. Terjebak masalah internal
Miskin
tawakal, miskin mental, miskin harta, biasanya jadi masalah klasik untuk
menyegerakan menggenapkan separuh dien.
·
Miskin
tawakal
Biasanya, yang bikin tipisnya
tawakal, kelamaan nimbang-nimbang masalah keluarga.
“Ah,
dia kan bukan keturunan darah biru.”
“Ah,
orang tuanya nggak kaya kok.”
“Kata
orang tua, jangan nikah tanggal itu, pamali.”
“Kata
nenek, anak bungsu jangan nikah sama anak bungsu, nggak boleh.”
Hadeeh, ini tuh yang mau
nikah siapa? Mau nikahin orang tuanya atau kakek/ neneknya sih?
·
Miskin
mental
Masa lalu biasanya
menyebabkan trauma tersendiri. Nah memang kadang burden itu nggak datang jauh-jauh, tapi kadang memang burden terbesar dan terberat itu malah
datang dari dalam diri.
·
Miskin
harta
Semakin tinggi status sosial
seseorang, biasanya makin tinggi pula yang hendak dikejarnya. Dulu mungkin
mimpinya cuma pengen punya mobil aja cukup, setelah mobil dapet, kayaknya oke
nih kalo punya pesawat pribadi. Eh, kesampaian juga. Habis koleksi penuh,
pengennya kapal pesiar. Yiaaah, kapan pengen nikahnyaaa....
“ Dan nikahkanlah orang-orang
yang membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari
hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah
akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (Q. S. An-Nur: 32)
3. Tipis keyakinan dalam berdoa
Doa
itu bukan ban serep, bukan pula ujung dari kepasrahan sebuah ikhtiyar. Doa itu
bukan ketika sudah mentok sampai
jalan buntu, seolah-olah nggak ada harapan lagi. Bukan... Bukan itu... Doa itu
adalah awal dari segala ikhtiyar. Karna dengan doalah yang akan membuat aqidah
tetap bersih, jernih, dan tak akan keruh.
4. Takut berikhtiyar lebih
Satu
kata yang membedakan kesuksesan dengan kegagalan adalah “ACTION”. Action yang
biasa, akan membuahkan hasil yang biasa pula. Action yang luar biasa, tentu
akan berbeda hasilnya dengan yang biasa. Going
extra miles; melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain.
5. Ternodai oleh dosa
Ibaratnya
gini deh, seseorang yang membawa sekarung pasir dengan massa 50 kg, dengan
orang yang membawa pasir di genggaman tangannya aja, kalau mereka harus berlari
dengan beban masing-masing yang dibawa, kira-kira menang yang mana? Yang bawa
50 kg pasir? Bisa jadi...kalau yang bawa segenggam pasir nggak ikutan lari. Oke
deh, mereka berdua mempunyai kemampuan yang sama, sama-sama lari dari start
yang sama, berakhir di garis finish yang sama. Maka jawabannya...?
Nah, segera saja deh, mana yang masih
jadi tembok penghalang, hajaaar!!! Sertailah setiap ikhtiyar dengan istikharah,
karena ia yang akan mendekatkanmu pada yang menjadi hakmu dan menjauhkanmu dari
apa yang bukan hakmu.
*References:
Al- Qur’an
Hadits
7 Keajaiban
Rezeki; Ippho ‘Right’ Santosa
Catatan
seminar (Asmara Sakinah; April, 15th 2012 @ Masjid Al-Huda by: Ust. Riyadh)
**Thanks to ‘the senior’ for the
recommended event